Abad ke 19 menyaksikan
serangan yg paling keras, tidak hanya terhdp gaya hidup kaum ningrat, tetapi juga terhdp budaya dan nilai2 mereka. Semangat para haji yg memimpin
Perang Paderi di Minangkabau, th 1821-1832 ditujukan utk memerangi adat yg dianggap tidak Islami dan oleh karena itu harus di-eradikasi.
Semangat ini juga ditunjukkan para Ulama yg memimpin Aceh melawan Belanda dlm perang sangat parah; Perang Aceh, 1873-1912. Juga oleh para jendral Muslim yg memimpin kaum Moro melawan musuh Spanyol di Filipina Selatan.
Kaum Muda abad ke 19 berikutnya yg nasionalis dan aktivis
menyerang upacara2 adat spt upacara nikah tradisional, upacara pencukuran rambut bagi bayi, upacara penguburan dan upacara persembahan pada dewi laut, Nyai Loro Kidul.. Akibatnya,
kepercayaan kpd KERIS juga mengalami nasib naas yg sama karena dianggap sbg benda memalukan yg mengingatkan Muslim pada jaman ‘jahiliyah,’ jaman dimana Muslim belum Muslim sejati. Lembar mata uang 50-Ringgit Malaysia yg pernah menyandang gambar Keris Tajong, kini dihias dgn gambar kilang minyak. Di jaman modern ini, Keris merupakan sebuah fenomena yg tidak dimengerti dan bahkan bahan tertawaan. Salah satu kontroversi keris menyangkut monumen besar berbentuk keris buatan Eropa dan dipamerkan diluar stadion nasional diluar Bukit Jalil, Selangor, 1998. Orang2 konservatif yg pro-keris sangat kisruh dgn bentuk monumen yg mahal luar biasa (RM 9 million) tanpa memperhatikan segi2 artistik. Sementara Muslim keberatan karena bentuknya spt besi telanjang (padahal seharusnya berada dlm keadaan dibungkus) dan ujung tajamnya mengarah ke langit, yg dianggap sbg posisi agresif dan menghina (biasa …. apa2 dianggap menghina oleh Muslim !) yg menganggapnya sbg menusuk pantat Allah.
Monumen2 keris juga menghiasi langit kota2 Kuala Lumpur, Selangor, Shah Alam dan Kelang. Bagi Commonwealth Games 1998, sejumlah monumen keris dipesan tetapi tidak pernah rampung. Mereka2 ini berbentuk tabung pembungkus keris (tanpa pisau dan ujung kayunya) yg ditanam ditanah dan terbuat dari besi. Monumen ini juga mengundang marah para kolektor dan pakar keris.
Nasib sekarat Keris seakan melambangkan evolusi suku2 bangsa Melayu dlm dunia modern. Terjepit antara ulama yg melulu mengutuk jaman nenek moyang pra-Islam, dgn jaman kini yg tidak lagi mempedulikan arti dan relevansi keris. Jadi, keris tidak lagi dapat terbang, dan terkekang di bumi spt manusianya.
Dng naik dan jatuhnya keris, kami menyaksikan terkikisnya peradaban Melayu yg pada saat ini sedang mencari2 jati dirinya. Kuala Lumpur-London, 1999
------------------------------------
Dr Farish A. Noor, orang Malaysia, Muslim, sejarawan, pakar sains dan pengumpul barang antik.
Link asli di
http://www.hindu.org/publications/ramswarup/beyondbelief.htmlUlasan buku V.S. Naipaul
Beyond Belief: Islamic Excursions Among the Converted Peoples
(Perjalanan ke negara2 Islam dan diantara para Mukmin)
by Ram Swarup
In the Land of Converts: An Islamic Journey
Di negara para Mukmin: Sebuah Perjalanan kedlm Islam
http://www.faithfreedom.org/forum/viewtopic.php?t=28981Para Mukmin harus membuang jauh2 masa lalu mereka. Tidak ada yg dipersyaratkan dari mereka kecuali kepercayaan yg paling murni, Islam, submisi/takluk. Islam, kata Naipaul adalah, "IMPERIALISME YG PALING TIDAK MAU BERKOMPROMI."
Naipaul menemukan fundamentalisme Islam kemanapun ia pergi: di Iran, Pakistan, Indonesia, Malaysia. Negara2 itu memiliki tingkat2 intensitas, tapi ada satu persyaratan minimum : bahwa para Mukmin menghilangkan kepedulian mereka terhdp negara kelahiran mereka, menolak negara2 tetangga berhala dan menganggap mereka sama dgn wanita : mahluk inferior/rendah; membenci masa lalu pra-Islam mereka.
Prinsip yg tidak dapat diganti adalah
tabligh: bahwa mereka meninggalkan identitas lama mereka dlm segala hal, kepercayaan, adat, nama, cara berbusana. Dan semakin soleh pengikut, semakin banyak aturan kesolehan, spt tuntutan bagi Shariah spt amputasi tangan/kaki, hukum cambuk dan rajam didepan umum; peraturan Muslim ttg perkawinan, puasa dan solat.
Ini semua tidak cocok dgn dunia modern, tidak praktis dan sering mengundang pertentangan. Oleh karena itulah pihak fundamentalis merasa perlu utk meraih kekuasaan negara dan memberlakukan hukum Islam secara utuh.
Kemanapun Naipaul pergi, ia menemukan dua ciri khas dan paling menyorot. Pertama, para mukmin mencoba menghilangkan masa lalu mereka; kedua, mereka pro-ARAB. Entah di Iran, Pakistan, Indonesia, kemarahan fundamentalis lagi2 melawan masa lalu, sejarah mereka, dan kesemuanya ini dibarengi dgn "
mimpi bahwa agama yg benar tumbuh karena adanya kekosongan spiritual."
DI Iran, keadaan sudah jauh melampau batas. Jejak2 pra-Islamnya tidak lagi dapat dipulihkan. Iran sudah kehilangan ingatan akan masa lalu dan nenek moyangnya dan malah malu karena masa lalu mereka itu. Iran pernah merupakan kekuatan besar yg menantang peradaban2 perkasa spt Yunani dan Romawi. Tetapi begitu dikalahkan Arab thn 637M, pokoknya begitu dimulainya Islam di Iran, habislah masa lalu dan masa depan Iran. Kata Naipaul, di Iran "kesadaran orang hanya mulai dgn munculnya Islam, dgn kekalahan itu. Malah sbg orang Iran spt memiliki agama khusus, versi khusus agamanya Arab." Namun demikian Islam tidak membawa kepuasan kpd orang Iran dan sampai sekarangpun mereka tidak menganggap diri cukup Islami.
Di Pakistan, keadaannya sama, walau masih terlihat bekas2 budaya pra-Islam, spt cara berbusana, upacara adat, festival dan organisasi sosial. tapi ini hanya berarti semakin banyak PR bagi fundamentalis; dan mereka semakin hari semakin sibuk mengingkari masa lalu mereka.
Di Pakistan, "tanah kuno mereka tidak memiliki kepentingan religius ataupun historis; relik2nya tidak berarti; hanya butir2 tanah ARAB yg dianggap suci." Konsep mereka ttg sejarah telah berubah sepenuhnya, dan perubahan ini mau tidak mau telah menghapus kehidupan intelektual negeri tsb. Sejarah kuno mereka tidak lagi dipedulikan; hanya sejarah Islam (yg disanitasi) yg dipedulikan.
Para penginvasi Muslim, khususnya Arab, menjadi pahlawan2 dlm hikayat2 Pakistan. Naipaul menganggapnya sbg "penghancuran sejarah yg keterlaluan", sebuah "pandangan sejarah menurut Mukmin." Katanya, sejarah di Pakistan "menjadi titik peka: terlalu banyak disingkirkan atau diputar balikkan; terlalu banyak fantasi."
Salman, salah satu yg diwawancarainya mengeluh: "Islam tidak nampak dimuka saya. Kami semua telah menciptakan nenek moyang Arab bagi diri kami. Kebanyakan dari kami adalah bangsa Sayed... kalau kau baca Ibn Batuta dan para pelancong paling dini, kau bisa merasakan sikap merendahkan para pelancong Arab terhdp mereka yg diIslamkan."
"Tambal sulam ttg silsilah Arab menjadi komplet. Ini telah diadopsi oleh semua keluarga. Jika kau mendengar orang berbicara, kau merasa bahwa tanah indah dan subur ini tidak lain dari hutan buas yg tidak ada orangnya (yi : JAHILYAH)."
Naipaul juga menemukan keadaan yg sama di Indonesia, yg berada pada perbatasan paling timur dunia Islam. Negara ini dulunya menjadi bagian budaya dan religi India ... sampai datangnya Islam. Akibatnya, negara yg kaya monumen dan sejarah berhala tidak lagi boleh diakui, bahkan tidak
monumen2 Hindu-Buddhis mereka yg perkasa spt Borobudur, salah satu mukjizat dunia.
Pihak fundamentalis tidak suka tetapi mentolerir Borobudur. Mereka mengatakan, uang yg dipakai bagi Borobudur sebaiknya dipakai utk memberi makan "Muslim lapar." Anehnya, kedubes Indonesia di Canberra mirip gedung Hindu.
Angin penipuan ini juga bertiup di Malaysia. DLm konstitusi, seorang Melayu adalah Muslim. Orang2 Cina, Budhis dan Hindu yg sudah tinggal secara turun temurun dibagian wilayah itu tiba2 bukan lagi dianggap orang Malaysia dan didiskriminasi negara dlm bidang pendidikan, pekerjaan dan kemajuan sosial.
Islam dibarengi dgn Arabisasi. Sebelumnya Islam berbaris dgn tentara Arab, tetapi kini, pengaruh Arab berbaris dgn Islam dlm semua hal, besar ataupun kecil. Contoh di Iran, seorang lelaki berusia 14 tahun membuang nama Persianya, Farhad, dan menamakan diri Maisson, salah satu pengikut dini Muhamad. Di Malaysia, putera seorang Cina-Buddhis masuk Islam karena jatuh cinta dgn Muslimah dan namanyapun di-arabisasi menjadi Rashid, dan menu makanannyapun berubah. Setelah putus dgn gadis itu, namanya masih tetap berbekas.
"Islam adalah nasionalisme Arab"--demikian Anwar Shaikh, dar Pakistan yg kini tinggal di UK.
Ibn Warraq dlm 'Why I am not a Muslim' mengatakan, sebenarnya bangsa ARABlah adalah KORBAN PERTAMA ISLAM. Dibawah Islam mereka tidak hanya kehilangan dewa2, sejarah dan nenek moyang mereka, mereka kemudian dibebani dgn sejarah dan silsilah yg direkayasa. Orang Arab tadinya MENOLAK Islam, tetapi karena kekalahan mereka begitu telak oleh pedang Islam dan karena mereka
merasa adanya untungan ekonomis dan politis, mereka menerimanya bulat2.
Buku ini diakhiri dgn pertanyaan, sampai kapan bangsa2 terjajah oleh Islam ini mau saja dibuai terus oleh AMNESIA SEJARAH ini ?
sedihhh
http://id.wikipedia.org/wiki/Nusa_Tenggara_BaratMasuknya Islam ke Nusa Tenggara Barat dan Bali
SejarahMerekonstruksi sejarah Kerajaan
Selaparang menjadi sebuah bangunan kesejarahan yang utuh dan menyeluruh agaknya memerlukan pengkajian yang mendalam. Permasalahan utamanya terletak pada ketersediaan sumber-sumber sejarah yang layak dan memadai. Sumber-sumber yang ada sekarang, seperti
Babad dan lain-lain memerlukan pemilihan dan pemilahan dengan kriteria yang valid dan reliable. Apa yang tertuang dalam tulisan sederhana ini mungkin masih mengundang perdebatan. Karena itu sejauh terdapat perbedaan-perbedaan dalam pengungkapannya akan dlmuat sebagai gambaran yang masih harus ditelusurl sebagal bahan pengkajlan leblh ianjut.
Kerajaan Selaparang merupakan salah satu kerajaan tertua yang pernah tumbuh dan berkembang di
pulau Lombok, bahkan disebut-sebut sebagai embrio yang kemudian melahirkan raja-raja Lombok masa lalu. Posisi ini selanjutnya menempatkan Kerajaan Selaparang sebagai icon penting kesejarahan pulau ini. Terbukti penamaan pulau ini juga sering disebut sebagai bumi Selaparang atau dalam istilah lokalnya sebagai Gumi Selaparang.
Buku Sejarah Daerah Nusa Tenggara Barat (2002) mencatat setidak-tidaknya tiga pendapat tentang asal muasal kerajaan Selaparang.
Pertama, disebutkan bahwa kerajaan ini merupakan proses kelanjutan dari kerajaan tertua di pulau Lombok, yaitu Kerajaan
Desa Lae' yang diperkirakan berkedudukan di Kecamatan Sambalia, Lombok Timur sekarang. Dalam perkembangannya masyarakat kerajaan ini berpindah dan membangun sebuah kerjaan baru, yaitu kerajaan Pamatan di Kecamatan Aikmel dan diduga berada di Desa Sembalun sekarang. Dan ketika Gunung Rinjani meletus, penduduk kerajaan ini terpencar-pencar yang menandai berakhirnya kerajaan.
Betara Indra kemudian mendirikan kerajaan baru bernama Kerajaan Suwung, yang terletak di sebelah utara Perigi sekarang. Setelah berakhirnya kerajaan yang disebut terakhir, barulah kemudian muncul Kerajaan Lombok atau Kerajaan Selaparang.
Kedua, disebutkan bahwa setelah Kerajaan Lombok dihancurkan oleh tentara Majapahit, Raden Maspahit melarikan diri ke dalam hutan dan sekembalinya tentara itu Raden Maspahit membangun kerajaan yang baru bernama Batu Parang yang kemudian dikenal dengan nama Kerajaan Selaparang.
Ketiga, disebutkan bahwa pada abad XII, terdapat satu kerajaan yang dikenal dengan nama kerajaan Perigi yang dibangun oleh sekelompok transmigran dari Jawa di bawah pimpinan Prabu Inopati dan sejak waktu itu pulau Lombok dikenal dengan sebutan Pulau Perigi. Ketika kerajaan Majapahit mengirimkan ekspedisinyo ke Pulau Bali pada tahun 1443 yang diteruskan ke Pulau Lombok dan Dompu pada tahun 1357 dibawah pemerintahan Mpu Nala, ekspedisi ini menaklukkan Selaparang (Perigi?) dan Dompu.
Agak sulit membuat kompromi penafsiran untuk menemukan benang merah ketiga deskripsi di atas. Minimnya sumber-sumber sejarah menjadi alasan yang tak terelakkan. Menurut Lalu Djelenga (2004), catatan sejarah kerajaan-kerajaan di Lombok yang lebih berarti dimulai dari masuknya Majapahit melalui exspedisi di bawah Mpu Nala pada tahun 1343, sebagai pelaksanaan Sumpah Palapa Maha Patih Gajah Mada yang kemudian diteruskan dengan inspeksi Gajah Mada sendiri pada tahun 1352.
Ekspedisi ini, lanjut Djelenga, meninggalkan jejak kerajaan
Gelgel di Bali. Sedangkan di Lombok, dalam perkembangannya meninggalkan jejak berupa empat kerajaan utama saling bersaudara, yaitu Kerajaan Bayan di barat, Kerajaan Selaparang di Timur, Kerajaan Langko di tengah, dan Kerajaan Pejanggik di selatan. Selain keempat kerajaan tersebut, terdapat kerajaan-kerajaan kecil, seperti Parwa dan Sokong serta beberapa desa kecil, seperti Pujut, Tempit, Kedaro, Batu Dendeng, Kuripan, dan Kentawang. Seluruh kerajaan dan desa ini selanjutnya menjadi wilayah yang merdeka, setelah kerajaan Majapahit runtuh.
Di antara kerajaan dan desa itu yang paling terkemuka dan paling terkenal adalah Kerajaan Lombok yang berpusat di Labuhan Lombok. Disebutkan kota Lombok terletak di teluk Lombok yang sangat indah dan mempunyai sumber air tawar yang banyak. Keadaan ini menjadikannya banyak dikunjungi oleh pedagang-pedagang dari Palembang, Banten, gersik, dan Sulawesi.